Minggu, 09 Oktober 2011

Bangunan Unik Dan Misterius Yang Belum Terungkap

Bagaimana
membuat piramida, berapa lama waktu untuk menyelesaikannya, dan berapa
banyak orang yang mengerjakannya? Sejak lama para pakar masih belum bisa
memberikan jawaban memuaskan.

Misteri Piramida Mesir
Gambar kompleks Piramida Giza dari foto satelit
Banyak
pakar menduga piramida dibangun dari bagian bawah terus ke atas. Tangga
naik, untuk meletakkan batu-batu di atasnya, menggunakan punggung
bukit. Setelah bagian tertinggi rampung, maka bukit tersebut dipangkas
habis. Dengan demikian yang tersisa hanyalah piramida.
Yang masih
sukar diperkirakan adalah bagaimana membawa batu seberat dua ton ke
atas. Kalau dengan kerekan, berapa besar kerekannya? Kalau dengan batang
pohon, bagaimana menggelindingkan batu yang demikian berat itu?
Masalahnya, salah perhitungan sedikit saja, nyawa terancam melayang. lni
karena bentuk piramida Mesir sangat landai, tidak berundak sebagaimana
piramida Amerika Selatan.
Ditafsirkan, piramida dikerjakan selama
berpuluh-puluh tahun. Bahan bangunan kemungkinan besar berasal dari
sepanjang sungai Nil dan daerah-daerah di sekitar tempat piramida
berdiri.
Gambar rasi bintang Orion
Beberapa
tahun lalu pakar-pakar Jepang, Prancis, dan negara-negara maju pemah
melakukan eksperimen untuk membuat piramida tiruan. Mereka menggunakan
alat-alat berat dan alat-alat modern, termasuk helikopter sebagai alat
pengangkut batu.
Pada tahap pertama. mereka mengawalinya dari bagian
bawah. Ternyata pembangunan piramida tidak rampung. Begitu pula ketika
dimulai dari bagian atas.
Mengapa teknologi masa kini tidak mampu
menyaingi teknologi purba? Benarkah pekerja-pekerja Mesir dulu dibantu
tenaga gaib para jin dan dewa sehingga berhasil mendirikan bangunan
supermonumental itu?
Piramida Mesir tidak dibuat sembarangan. Ada
kaidah-kaidah tertentu yang harus ditaati. Pada bagian atas piramida
terdapat sebuah lubang. Lubang ini menghadap ke arah matahari terbit.
Hal ini tentu dimaklumi karena bangsa Mesir purba menganggap dewa Ra
(Matahari) sebagai dewa tertinggi.
Yang unit adalah The Great Pyramid
Giza, memiliki ukuran, posisi, yang 100% identik dengan rasi bintang
Orion. Lihat gambar dibawah ini:
Menurut bangsa Mesir kuno, sabuk
Orion merupakan tempat Dewa Osiris bersemayam. Yang jelas bukti The
Great Pyramid diatas menunjukkan bahwa 4.600 tahun yang lalu, seseorang,
entah siapa, mengenal dengan teramat baik pengetahuan tentang bumi dan
jagat raya. Bahkan melebihi dengan pengetahuan dunia modern saat ini.
Misteri Candi Borobudur
Di Indonesia juga ada bangunan raksasa yang masih banyak misteri tak terpecahkan. Yaitu Candi Borobudur.
Menurut
sejarah Candi Borobudur dibangun oleh Raja Smaratungga salah satu raja
kerajaan Mataram kuno dari dinasti Syailendra pada abad ke-8. Menurut
legenda Candi Borobudur dibangun oleh seorang arsitek bernama
Gunadharma, namun kebenaran berita tersebut secara hirtoris belum
diketahui secara pasti.
Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur
akan tampak seperti susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan
sebuah stupa. Berbeda dengan piramida raksasa di Mesir dan Piramida
Teotihuacan di Meksiko Candi Borobudur merupakan versi lain bangunan
piramida. Piramida Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan
ditemukan di daerah dan negara manapun.

Sedangkan
ketika dilihat dari udara, bentuk Candi Borobudur mirip dengan teratai.
Teratai memang salah satu dari simbol-simbol yang dipakai dalam
penghormatan (puja) agama Buddha, melambangkan kesucian, mengingatkan
umat Buddha untuk senantiasa menjaga pikiran dan hati tetap bersih meski
berada di lingkungan yang ‘tidak bersih’

Tahun
1930-an W.O.J. Nieuwenkamp pernah memberikan khayalan ilmiah terhadap
Candi Borobudur. Didukung penelitian geologi, Nieuwenkamp mengatakan
bahwa Candi Borobudur bukannya dimaksud sebagai bangunan stupa melainkan
sebagai bunga teratai yang mengapung di atas danau. Danau yang sekarang
sudah kering sama sekali, dulu meliputi sebagian dari daerah dataran
Kedu yang terhampar di sekitar bukit Borobudur. Foto udara daerah Kedu
memang memberi kesan adanya danau yang amat luas di sekeliling Candi
Borobudur.
Menurut kitab-kitab kuno, sebuah candi didirikan di
sekitar tempat bercengkeramanya para dewa. Puncak dan lereng bukit,
daerah kegiatan gunung berapi, dataran tinggi, tepian sungai dan danau,
dan pertemuan dua sungai dianggap menjadi lokasi yang baik untuk
pendirian sebuah candi.
Yang menarik dari Candi Borobudur adalah nama arsiteknya, yang bernama Gunadharma. Tapi siapakah Gunadharma?
Tidak
ada catatan sejarah mengenai tokoh bernama Gunadharma ini. Diperkirakan
Gunadharma merupakan simbol dari nama seseorang yang punya intelektual
luar biasa. Ada anggapan bahwa Candi Borobudur dibangun dengan bantuan
‘makhluk lain’.
Bahan dasar penyusun Candi Borobudur adalah batuan
yang mencapai ribuan meter kubik jumlahnya. Sebuah batu beratnya ratusan
kilogram. Hebatnya, untuk merekatkan batu tidak digunakan semen.
Antarbatu hanya saling dikaitkan, yakni batu atas-bawah, kiri-kanan, dan
belakang-depan. Bila dilihat dari udara, maka bentuk Candi Borobudur
dan arca-arcanya relatif simetris. Kehebatan lain, di dekat Candi
Borobudur terdapat Candi Mendut dan Candi Pawon. Ternyata Borobudur,
Mendut, dan Pawon jika ditarik garis khayat, berada dalam satu garis
lurus.
Maka tidak heran ada legenda yang mengatakan orang zaman dulu
menguasai ilmu sihir sehingga bisa terbang melayang di angkasa. Termasuk
si Gunadharma ini ?
Keanehan serupa juga ditemukan di Peru, tepatnya
di daerah Nazca atau keanehan ini lebih dikenal dengan sebutan Nazca
Line. Jika dilihat dari darat, maka Nazca Line hanya terlihat biasa
saja.

Namun jika dilihat dari udara, maka akan terlihat bentuk yang menakjubkan, misalnya seperti ini :

Sampai
saat ini para ahli juga masih belum menemukan jawaban bagaimana dan
siapa yang membuat lukisan sketsa raksasa di permukaan bumi. Gambar
tersebut sangat jelas, seakan dibuat sambil diawasi dari angkasa.
Misteri patung batu di Pulau Paskah
Pulau
Paskah (bahasa Polinesia: Rapa Nui, bahasa Spanyol: Isla de Pascua)
adalah sebuah pulau milik Chili yang terletak di selatan Samudra
Pasifik. Walaupun jaraknya 3.515 km sebelah barat Chili Daratan, secara
administratif ia termasuk dalam Provinsi Valparaiso. Pulau Paskah
berbentuk seperti segitiga. Daratan terdekat yang berpenghuni ialah
Pulau Pitcairn yang jaraknya 2.075 km sebelah barat. Luas Pulau Paskah
sebesar 163,6 km². Menurut sensus 2002, populasinya berjumlah 3.791 jiwa
yang mayoritasnya menetap di ibukota Hanga Roa. Pulau ini terkenal
dengan banyaknya patung-patung (moai), patung berusia 400 tahun yang
dipahat dari batu yang kini terletak di sepanjang garis pantai.

Hingga
kini patung-patung batu dan Pulau Paskah tetap menjadi misteri. Banyak
versi yang mencoba memaparkan bagaimana dan apa yang terjadi di Pulau
Paskah. Namun hal itu tetap menjadi kontroversi. Masalahnya adalah,
belum ditemukan bangsa mana yang membuat patung tersebut (dugaanya
sementara – mungkin orang Polinesia). Soalnya pas ditemukan oleh bangsa
Eropa, pulau itu sudah kosong. Entah karena penghuninya sudah pindah
atau habis karena berperang sendiri.

Patung-patung
batu yang terdiri dari sedikitnya 3 varian itu diduga berkaitan erat
dengan ritual pemujaan suku-suku yang mendiami Pulau Paskah.
Masing-masing suku punya puluhan arca sendiri dengan ukuran yang begitu
besar. Setiap kali terjadi perang antar suku, patung tersebut akan ikut
menjadi sasaran penghancuran.
Berdasarkan penelitian, patung batu itu
dibuat oleh penduduk lokal dari dinding batu yang terdapat di
gunung-gunung berapi yang beradadi Pulau Paskah. Sedikitnya ada empat
gunung di Pulau Paskah. Karena Pulau Paskah sendiri adalah pulau
vulkano. Dikawah gunung api utama yang disebut Rano Raraku, masih
terlihat jejak-jejak pembuatan patung. Disana ditemukan patung-patung
yang terpahat di dinding batu gunung. Di sekitarnya tersebar 400-an
patung yang belum selesai, hampir selesai, dan sudah selesai namun belum
dipindahkan.

Patung-patung
besar dari batu, atau moai, yang menjadi simbol Pulau Paskah dipahat
pada masa yang lebih dahulu dari yang diperkirakan. Arkeologis kini
memperkirakan pemahatan tersebut berlangsung antara 1600 dan 1730,
patung yang terakhir dipahat ketika Jakob Roggeveen menemukan pulau ini.
Terdapat lebih dari 600 patung batu monolitis besar (moai). Walaupun
bagian yang sering terlihat hanyalah “kepala”, moai sebenarnya mempunyai
batang tubuh yang lengkap; namun banyak moai yang telah tertimbun
hingga lehernya. Kebanyakan dipahat dari batu di Rano Raraku. Tambang di
sana sepertinya telah ditinggalkan dengan tiba-tiba, dengan
patung-patung setengah jadi yang ditinggalkan di batu. Teori populer
menyatakan bahwa moai tersebut dipahat oleh penduduk Polinesia (Rapanui)
pada saat pulau ini kebanyakan berupa pepohonan dan sumber alam masih
banyak yang menopang populasi 10.000-15.000 penduduk asli Rapanui.
Mayoritas moai masih berdiri tegak ketika Roggeveen datang pada 1722.
Kapten James Cook juga melihat banyak moai yang berdiri ketika dia
mendarat di pulau pada 1774. Hingga abad ke-19, seluruh patung telah
tumbang akibat peperangan internecine.

Patung
Moai itu dipahat dari batu yang berasal dari Rano Raraku, gunung berapi
yang sudah tidak aktif lagi di pulau tersebut. Lalu bagaimana batu-batu
raksasa seberat 14 sampai 80 ton ini dipindahkan dari gunung ke
beberapa tempat “Ahu” yang tersebar di pulau tersebut, masih merupakan
sebuah teka-teki yang belum terpecahkan. Menurut dongeng penduduk
setempat, nenek moyang mereka menggunakan “Manna” atau kekuatan
supernatural untuk memerintahkan para “Maoi” itu berjalan sendiri ke
atas podium batu.
Ada beberapa teori lainnya yang berusaha memecahkan
misteri artifak ini. Beberapa diantaranya percaya bahwa pulau ini
adalah ujung dari daratan yang ada pada peradaban prasejarah (bagian
dari peradaban Mu/Lemuria), sedangkan yang lainnya berspekulasi adanya
keterlibatan kehidupan luar planet. Spekulasi mengenai campur tangan
kehidupan luar memang cukup bisa diterima, sebab berat patung tersebut
tidak kurang dari 12,5 ton dan jumlah mencapai lebih dari 880 buah.
Proyek pemindahan patung ini sama seperti proyek pemindahan batu-batu
raksasa pada Stonehenge dan Piramid.
Ada
berbagai lembaran (tablet) yang ditemukan di pulau yang berisikan
tulisan misterius. Tulisan, yang dikenal dengan Rongorongo, belum dapat
diuraikan walaupun berbagai generasi ahli bahasa telah berusaha. Seorang
sarjana Hongaria, Wilhelm atau Guillaume de Hevesy, pada 1932 menarik
perhatian tentang kesamaan antara beberapa karakter rongorongo Pulau
Paskah dan tulisan pra-sejarah Lembah Indus di India, yang menghubungkan
lusinan (sedkitnya 40) rongorongo dengan tanda cap dari Mohenjo-daro.
Hubungan ini telah diterbitkan kembali di berbagai buku. Arti rongorongo
kemungkinan ialah damai-damai, dan tulisannya mungkin mencatat dokumen
perjanjian damai, misalnya antara yang bertelinga panjang dan penguasa
bertelinga pendek. Namun, penjelasan tersebut masih dalam perdebatan.
Meski
kadang kala suatu fakta yang hadir di hadapan kita dapat ditafsirkan
dengan banyak cara, pada akhirnya penjelasan yang berlaku umum,
sederhana, dan tidak bertentangan dengan fakta-fakta lain yang ada,
itulah yang akan dipilih sebagai jawaban. Walau klaim Paleocontact
Theory belum tentu benar adanya, kita tetap harus bersikap terbuka
dengan segala macam kemungkinan solusi. Bagaimana pun, sejarah masa lalu
manusia sendiri memang masih menyimpan banyak misteri.


Sumber : http://www.gangsadar.com/2011/01/bangunan-unik-dan-misterius-yang-belum.html

0 komentar:

Posting Komentar