Selasa, 18 Oktober 2011
Karena Gagap, Mahasiswa Ini Dilarang Bertanya
By Muhammad Ibnu Fattah Oktober 18, 2011
RANDOPLH – Philip Garber Jr, mahasiswa di County College of Morris, New Jersey ditegur dosennya, karena bicaranya tidak lancar alias gagap. Hal ini terjadi saat Philip mengikuti kelas sejarah yang diajarkan oleh Elizabeth Snyder.
Saat itu, kelas sejarah sedang berdiskusi mengenai eksplorasi dunia baru. Garber ingin bertanya mengapa penjelajah asal China pada abad ke-15, yang melakukan perjalanan jauh ke Afrika, tidak mencapai Amerika Utara.
Meski sudah mengangkat tangannya tinggi-tinggi, sang profesor tidak juga memanggil Garber. Pasalnya, Snyder sudah melarang Philip berbicara di kelas. Meski tergolong cerdas dan aktif, Synder menilai kegagapan mahasiswa usia 16 tahun ini sangat menggangu.
Sebelum mengacuhkan Philip di kelas, Snyder pernah mengiriminya surat elektronik. Snyder meminta Philip agar mengajukan pertanyaan sebelum atau setelah kelas dimulai. Snyder beralasan, jika Philip bertanya saat jam belajar, maka dia akan menganggu waktu mahasiswa lainnya. Dan jika Philip bersikeras bertanya di kelas, Snyder menyarankannya agar menulis pertanyaan di selembar kertas.
“Kemampuan berbicara Anda sangat menganggu,” jelas Snyder dalam surat elektronik. Buntut dari peristiwa ini, Philip melaporkannya kepada salah satu dekan. Sang dekan menyarankan Philip agar pindah ke kelas lain, di mana dia bisa terus bertanya. Demikian seperti disitat dari NY Times, Kamis (13/10/2011).
Pengalaman Philip ini menegaskan keluhan dari orang yang gagap. Masyarakat dinilai tidak mengenali kondisi ini sebagai sebuah kekurangan. “Seperti yang kami lakukan kepada semua mahasiswa, kami telah mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah Philip sehingga dia bisa melanjutkan pendidikan,” ujar Direktur Komunikasi College, Brunet Eagan.
Eagan menolak menjelaskan apakah Snyder telah mendapatkan sanksi atas perbuatannya. Snyder telah mengajar sejarah di kampus ini selama 10 tahun. Namun Eagan menegaskan, kampusnya akan mendidik staf dan pengajar untuk mengakomodasi mahasiswa.
Sementara untuk Philip, yang menghabiskan masa kecilnya melalui home-schooling, sikap sang dosen dinilai mengecewakan. “Saya tidak pernah mengalami diskriminasi. Karena ini terjadi di ruang kuliah, hal ini cukup mengejutkan,” pungkasnya.